Dosa Soeharto Pada Soekarno – Mengapa Bung Karno begitu menarik perhatian belakangan ini? Mungkin orang mencari karakter yang menonjol di antara karakter “rutin” lainnya. Hasil penelitian Sarlito Wirawan yang dijadikan tesis doktor bidang psikologi pada April lalu, membenarkan anggapan tersebut. Dari 1.490 mahasiswa dari berbagai universitas di seluruh Indonesia yang ditanya tentang kepribadian ideal mereka, sekitar 70% memilih seseorang yang sudah meninggal. Bong Karno menduduki peringkat pertama dengan 13,89% pemilih. Di antara almarhum yang terpilih: J.F. Kennedy (13, 29%), Nabi Muhammad, semoga Tuhan memberkati dia dan memberinya kedamaian. (7, 85%), Mahatma Gandhi (2, 95%), Kartini (2, 48%), K. Diantoro (2,21%) dan Napoleon Bonaparte (2,01%).
Yang tidak bisa dia terima dari Bung Karno adalah cara dia menyingkirkan lawan politiknya – dan banyak istrinya. Berbagai alasan lain dapat dikemukakan untuk kebangkitan kembali popularitas Bung Karno. Mungkin bandul yang digeser ke sisi ini sekarang mulai bergerak ke tengah. Ada juga yang berpendapat bahwa sebagai orang yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah Indonesia, mungkin dia bisa tenggelam untuk sementara waktu, tetapi seiring berjalannya waktu dia akan muncul kembali untuk menempati tempat yang seharusnya dalam sejarah Indonesia. Setelah lebih dari satu dekade, perasaan mungkin mereda, akal sehat akan kembali atau orang juga akan lebih mudah memaafkan kesalahan.
Dosa Soeharto Pada Soekarno
Mungkin juga ide dan teori politiknya akan dianggap relevan lagi. Yang awalnya menarik perhatian publik adalah pernyataan Letnan Jenderal Ali Murtopo, saat itu Waka Paquin, pada peringatan lima tahun Partai Demokrat Inggris di Sala pada 24 Januari 1978. Pemugaran makam Bong, Karno di Blitar. Beberapa pekan lalu, niat Pak Harto secara resmi disampaikan kepada keluarga Bong Karno, disertai penjelasan dan rencana pemakaman pasca pemugaran. Alasan pemugaran itu untuk mengingat jasa Bung Karno, khususnya sebagai pemasang iklan. Rencana restorasi ini kemudian “membayar” atmosfer. Rencana ini menghidupkan kembali “Amanat” atau “Kehendak Bung Karno”. Susahnya Bung Karno sudah lama dimakamkan di Blitar, sedangkan wasiat Bung Karno bukan satu-satunya dan isinya berbeda-beda. Dalam keluarga Bung Karno, ada perbedaan pendapat di antara “keluarga Blitar” yang terdiri dari wanita. Warduyo (kakak Bong Karno) bersama “Keluarga Jakarta” 8 putra dan janda mendiang Lady Warduyo menyetujui sepenuhnya rencana pemugaran tersebut. Sementara itu, Guntur dan saudara-saudaranya menyetujui rencana pemugaran, tetapi juga menyatakan bahwa almarhum telah membuat rencana untuk dirinya sendiri yang diperintahkan oleh semua ahli waris (TEMPO, 29 April 1978). Seorang pejabat pemerintah menjelaskan kepada TEMPO: Surat Guntur kepada Pak Hartau menyebutkan jika pihak keluarga ditanya apakah mereka setuju dengan rencana pengambilalihan itu, mereka akan menolak.
Cara Soeharto Menyingkirkan Para Pesaingnya
Tetapi jika Pak Harto dan pemerintah menganggap Bong Karno sebagai proklamator dan memutuskan untuk mengambil kembali makamnya, mereka tidak akan menghentikan mereka. Rencananya, pemugaran ini akan dimulai pada 21 Juni 1978, hari wafatnya Bong Karno. Pangdam VIII Brawijaya, Gubernur Jawa Timur dan Bupati Blitar ditunjuk sebagai pelaksana pemugaran ini. Hanya akan ada 3 kuburan di kompleks pemakaman ini. Makam Bung Karno berada di tengah, dikelilingi makam ibu dan ayahnya. 226 makam pahlawan yang semula berada di kompleks ini kini telah dipindahkan ke situs baru di TMP di Raden Wijaya. Makam R Buguh, keponakan Bung Karno, yang kini berada di samping makam Bung Karno pada 9 Juni, akan diangkut ke TMP Kalibata, Jakarta. Sementara makam Sukimi Sastrodiharjo, ayah Bong Karno, kini berada di Taman Makam Karit Jakarta, akan dipindahkan ke Blitar. Mengapa makam keponakan dipindahkan dan makam ayah didekati? “Karena itu makam, makam, bukan makam keluarga. Pak Harto meyakini Bong Karno dalang ada karena orang tuanya lahir. Lagipula, Bong Karno dikenal sebagai sosok yang sangat menyayangi ibunya,” pungkas lainnya. -pejabat pemerintah menjelaskan kepada TEMPO. Ia juga menegaskan, Pak Harto tidak mau gegabah dalam soal pemugaran makam ini. “Kalau Guntur, misalnya, bilang tidak, tentu Pak Harteau tidak akan melanjutkan rencana ini,” katanya. Akar dari semua masalah ini adalah pemakaman Bung Karno di Blitar. Mengapa Blitar dipilih? Sumber TEMPO menjelaskan, karena situasi politik tahun 1970, jelas pemerintah tidak mengizinkan Aung Karno dimakamkan di Jakarta atau sekitarnya. Karena akan menimbulkan “komplikasi politik”. “Yang jelas Bong Karno tidak bisa dikuburkan di makam pahlawan karena menurut persyaratan saat ini, hanya mereka yang melakukan perang gerilya atau yang memiliki bintang gerilya saja yang boleh.” Sedangkan Bong Karno selain tidak ikut perang gerilya juga ditangkap oleh Belanda. Bahkan brigade jika dia berpihak pada Belanda atau tertangkap, apapun alasan penangkapannya, tidak mungkin dia dikuburkan di makam pahlawan. Sedangkan warga sipil seperti Ratmi B-29, karena menyandang bintang perang gerilya, bisa dimakamkan di makam pahlawan. Oleh karena itu, Presiden Soeharto setelah bertemu dengan anggota Kabinet, pimpinan MPRS, pimpinan RGR DP dan pimpinan partai, mengeluarkan Keppres No. 44 Tahun 1970 tanggal 21 Juni 1970. Antara lain diputuskan bahwa Dr. Inframerah. Soekarno dimakamkan sebagai proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Blitar di samping makam ibunya. Tapi kenapa kemudian Bung Karno dimakamkan di Taman Makam Pahlawan? Sumber TEMPO menjelaskan, “Karena saat itu kami tidak tahu kalau ibunda Bung Karno dimakamkan di makam pahlawan.”
Pemugaran makam tersebut rencananya akan selesai dalam waktu satu tahun, sehingga dapat diresmikan pada 21 Juni 1979. Dalam pemugaran tersebut dikabarkan makam ini tidak dapat diarahkan karena dikhawatirkan akan mengganggu ketertiban umum. restorasi. Makam orang tua Bong Karno akan dicopot, sedangkan kuburan Bong Karno akan diberi batu hanya dengan kata-kata yang diminta oleh almarhum. Di sekitar makam Anda akan mendapatkan lantai marmer. Di kompleks ini juga akan ada musholla dan pasipan, serta penanaman pohon rindang dan air mengalir (penyemprotan air buatan, yang diminta oleh almarhum dalam wasiatnya. PT Gunung Agung berencana menerbitkan buku Wasiat Bung Karno yang akan dibagikan mulai 6 Juni hari ulang tahun Bung Karno Pengumuman buku yang berisi sebagian wasiat Bung Karno dimuat di beberapa surat kabar beberapa minggu lalu.Selesai dari Polkam minggu lalu.Surat Guntur Sukarno mewakili keluarga dibacakan di sidang yang menyatakan keberatannya atas rencana penerbitan buku tersebut. Tanggal 20 April Masagung mengirim surat. Dia meminta saran saya tentang rencananya menerbitkan buku itu. Wasiat Bung Karno, “jelas Guntur. Surat Masagung, salinan yang juga ditujukan kepada Ibu Hartini dan Ibu Dewi juga menjelaskan rencana Masagung untuk menerbitkan buku kedua berjudul Cita-cita Masagung (Kemudian berubah dari fantasi menjadi cita-cita).
Rencana tersebut berisi usulan Masagung agar tempat pemakaman Bung Karno juga diperuntukkan bagi Dwitunggal dan keluarganya. Begitu menerima surat itu, Guntur langsung berkonsultasi dengan seluruh keluarga, pengacara Tjiam Djoy Kyam dan juga meminta nasihat kepada Bong Hatta. Akibatnya, Guntur mengirim pesan ke Masagung yang menyatakan bahwa keluarga Bung Karno tidak setuju dengan rencana penerbitan buku itu. Alasannya: “Tidak pada tempatnya kalau urusan keluarga secara inheren dibawa-bawa oleh pihak yang tidak berwenang,” kata Guntur. Kamis lalu, Kejaksaan Agung mengeluarkan keputusan pelarangan peredaran buku Will by Bung Karno. Jaksa Agung Ali Saeed mengatakan: “Buku itu, mengingat isinya, akan menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, yang pada akhirnya akan menimbulkan kerusuhan.” Mencetak buku tidak memerlukan izin, tetapi distribusinya memerlukan izin. “Masalahnya bagaimana dokumen yang disimpan di Balai Pusaka bisa jatuh ke tangan orang yang tidak berhak,” kata Ali Saeed. “Tidak benar Balai Harta Peninggalan (BHP) membocorkan wasiat Bung Karno. J. Soekandar, Presiden BHP mengatakan pekan lalu. Menurut Soekandar, berdasarkan ketentuan hukum, hanya notaris yang bisa menyimpan wasiat. Hanya BHP yang mendaftar dan mendaftar. Menurut Soeroto, Sekretaris BHP, hanya satu wasiat yang didaftarkan oleh BHP, yaitu wasiat Bu Dewey yang isinya sama persis dengan yang akan dimuat dalam wasiat Bong Karno (lihat: Buku Gagal). wasiat dibuka oleh notaris BHP pada tahun 1970 dan telah membuat laporan. Syahdan, setelah kematian Bung Karno, Guntur datang ke Tjiam Djoe Kiam. Keduanya pergi ke BHP untuk menanyakan apakah ada wasiat untuk keluarga Bung Karno. Ternyata di luar ada satu. Tjiam meminjam yang asli dan memotretnya lalu mengembalikannya. Dia menyerahkan foto itu kepada Guntur. “Kehendak sebenarnya bukan wasiat. Tapi itu adalah simbol yang isinya tidak ada hubungannya dengan warisan.” Karena warisan itu dibagi menurut hukum adat. Pada 10 Mei, Guntur menemuinya dan mengatakan bahwa seseorang ingin mengeluarkan wasiat Bong Karno. Thajam menjelaskan wasiat itu. itu bukan untuk umum, tapi hanya untuk keluarga. Itu juga bukan wasiat Soekarno sebagai ketua. , tapi kesaksian Bung Karno. Kalau penerbitnya tidak minta izin, ahli warisnya bisa menggugat. Bagaimana kesaksian Bung Karno tentang seorang Bu Dewi? Menurut Guyajam Tergantung Bu Dewi Guyam menolak menjawab apakah kesaksian Bong Karno kepada Bu Dewi itu sah atau tidak.
Banyak ahli hukum lain agak enggan menjawab. Adnan Buyong Nasution mengatakan wasiat Bong Karno itu “unik” karena tidak menyangkut harta benda, tapi termasuk tempat pemakaman, jadi soal moral. Jadi sah tidaknya wasiat ini tergantung dari orang yang diberi amanat, diterima atau tidaknya keputusan pewaris. Setahu Buyung, tidak ada ketekunan dalam kasus ini, jadi sah atau tidaknya wasiat Bung Karno
Gemar Blusukan Hingga Tidur Di Rumah Warga, Aksi Soeharto Bikin Pejabat Daerah Ketar Ketir
Gambar soekarno dan soeharto, foto soekarno dan soeharto, sejarah soekarno dan soeharto, dosa besar soeharto, hubungan soekarno dan soeharto, dosa soeharto, 10 dosa besar soeharto, soeharto soekarno, dosa soeharto pada indonesia, soekarno vs soeharto, soeharto dan soekarno, soeharto kudeta soekarno